Budaya partisipatif
(Participatory culture) merupakan
budaya dimana individu pribadi (publik) tidak bertindak sebagai konsumen saja,
tetapi juga sebagai kontributor atau produsen ( prosumers ). Misalnya dalam
sebuah Forum kita tidak hanya menjadi konsumen untuk mendapatkan informasi
namun juga kita bisa menjadi produsen yang memberikan informasi. Dalam hal ini
istilahnya kita tidak hanya menggurui tapi juga berguru karena tidak ada orang
yang benar-benar ahli hanya ada orang yang sedikit lebih memiliki
skill/informasi daripada orang lain untuk memberikan informasinya. Adapun
bagian-bagian dari Budaya partisipatif (Participatory culture) :
- Mobilitas (Mobility) yaitu mudahnya pengaksesan informasi dengan berbagai macam gadget.
- Interaktivitas (Interactivity) yaitu fitur-fitur yang membuat kita lebih interaktiv dalam menggunakan gadget.
- Identitas (identity) yaitu berupa nama, foto, hoby, dan lain sebagainya dalam social media.
Dampak
negative media convergence
- Penurunan industri media cetak. Dengan adanya media online yang aksesnya lebih mudah, media cetak seperti koran atau majalah mulai ditinggalkan pelanggannya. Kehilangan pekerjaan. Merujuk pada poin pertama, penurunan industri media cetak dapat berdampak pada hilangnya pekerjaan orang orang di media cetak.
- Ketergantungan pada teknologi digital. Adanya konvergensi media juga mengubah gaya hidup masyarakat menjadi semakin bergantung pada gadget. Mudahnya akses informasi berpeluang menjadikan pengguan semakin malas.
Konsep
the digital divide
Konsep kesenjagan digital (digital
divide) pertama kali diperkenalkan dalam laporan The
National Telecommunication and Information Administration
(NTIA).
Kesenjangan digital adalah sebuah keadaaan di mana akses terhadap koneksi internet dan semua layanan yang tersedia melalu internet tidak merata.
Kesenjangan digital, sebagaimana ditambahkan Steyn &
Johnson
(2011), tidak hanya berhubungan dengan akses fisik.
Kesenjangan digital juga berhubungan dengan kesenjangan dalam bidang ekonomi, politik, sosial, budaya,
gender, etnisitas, geografis,dan demografis.
´Persoalan kesenjangan ini terus mengiringi perkembangan teknologi informasi. Terlebih bagi negara dunia ketiga, persoalan ini adalahmomok bagi pembangunan.
Bahkan di negara maju sekali pun, dengan masyarakat yang sadar terhadap teknologi digital, hambatan dalam akses TIK masih saja terjadi,
Penyebab Terjadinya Kesenjangan Digital
4.Kurangnya pemanfaatan akan internet itu sendiri
1.Infrastruktur
Infrastruktur merupakan
sebuah fasilitas pendukung, seperti infrastruktur listrik, internet, komputer
dan lain.
Contoh gampang mengenai
kesenjangan infrastruktur ini, orang yang punya akses ke komputer bisa bekerja
dengan cepat.
Ia bisa menulis lebih cepat
ketimbang mereka yang masih menggunakan mesin ketik manual.
Contoh yang lain, orang
yang mempunyai akses ke komputer dan ke Internet, otomatis mempunyai wawasan
yang lebih luas
ketimbang mereka yang sama
sekali tidak punya akses ke informasi di Internet yang serba luas.
2.
Kekurangan Skill (SDM)
Sumber daya manusia sangat
berpengaruh dalam dunia ilmu teknologi dan informasi karena SDM ini menentukan
biasa tidaknya seorang mengoperasikan atau mengakses sebuah informasi.
3. Kekurangan
Isi / Materi (Content)
Content berbahasa Indonesia menentukan bisa tidaknya seorang dapat mengerti mengakses Internet,
di
Indonesia terutama kota-kota tingkat pendidikan sudah lebih tinggi.
Jadi, sedikit banyak sudah mengerti bahasa Inggris. Sedangkan yang
di desa, sepertipetani-petani, mereka masih sangat kurang dalam menggunakan bahasa asing (Inggris).
Solusi
mengurangi kesenjangan digital
1. Langkah yang
terbaik untuk mengurangi kesejangan digital adalah menyiapkan masyarakat
untuk bisa menangani, menerima, menilai, memutuskan dan memilih informasi yang
tersedia. Penyiapan kondisi psikologis bagi masyarakat untuk menerima, menilai,
memutuskan dan memilih informasi bagi diri mereka sendiri akan lebih efektif
dan mendewasakan masyarakat untuk bisa mengelola informasi dengan baik. Dengan
kemajuan teknologi informasi seseorang atau masyarakat akan mendapat kemudahan
akses untuk menggunakan dan memperoleh informasi. Misalnya dengan mengadakan
penyuluhan kesekolah-sekolah tentang penggunaan Internet.
2. Pembangunan fasilitas telekomunikasi
antara kota dan desa, sehingga setiap masyarakat yang ingin mengakses
informasi dapat tercapai dengan tersedianya fasilitas telekomunikasi yang
memadai. Wartel dan Warnet memainkan peranan penting dalam mengurangi digital
divide. Warung Telekomunikasi dan Warung Internet ini secara berkelanjutan
memperluas jangkauan pelayanan telepon dan internet, baik di
daerah kota maupun desa.
reference :
http://deltaelkamal.blogspot.com/2017/12/budaya-partisipatif-participatory.html
https://pakarkomunikasi.com/konvergensi-media
http://kumikochiba.blogspot.com/2016/01/divide-digital.htmlhttp://kesenjangandigitalbppn.blogspot.com/2009/07/solusi-mengurangi-kesenjangan-digital.html