Sunday, November 11, 2018

Sejarah Televisi


Sejarah Televisi
Televisi adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.
Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi.
Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun badan usaha. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun. Awal dari televisi tentu tidak bisa dipisahkan dari penemuan dasar, hukum gelombang elektromagnetik yang ditemukan oleh Joseph Henry dan Michael Faraday (1831) yang merupakan awal dari era komunikasi elektronik.
1876 – George Carey menciptakan selenium camera yang digambarkan dapat membuat seseorang melihat gelombang listrik. Belakangan, Eugen Goldstein menyebut tembakan gelombang sinar dalam tabung hampa itu dinamakan sebagai sinar katoda.
1884 – Paul Nipkov, Ilmuwan Jerman, berhasil mengirim gambar elektronik menggunakan kepingan logam yang disebut teleskop elektrik dengan resolusi 18 garis.
1888 – Freidrich Reinitzeer, ahli botani Austria, menemukan cairan kristal (liquid crystals), yang kelak menjadi bahan baku pembuatan LCD. Namun LCD baru dikembangkan sebagai layar 60 tahun kemudian.
1897 – Tabung Sinar Katoda (CRT) pertama diciptakan ilmuwan Jerman, Karl Ferdinand Braun. Ia membuat CRT dengan layar berpendar bila terkena sinar. Inilah yang menjadi dassar televisi layar tabung.
1900 – Istilah Televisi pertama kali dikemukakan Constatin Perskyl dari Rusia pada acara International Congress of Electricity yang pertama dalam Pameran Teknologi Dunia di Paris.
1907 – Campbell Swinton dan Boris Rosing dalam percobaan terpisah menggunakan sinar katoda untuk mengirim gambar.

1927 – Philo T Farnsworth ilmuwan asal Utah, Amerika Serikat mengembangkan televisi modern pertama saat berusia 21 tahun. Gagasannya tentang image dissector tube menjadi dasar kerja televisi.
1929 – Vladimir Zworykin dari Rusia menyempurnakan tabung katoda yang dinamakan kinescope. Temuannya mengembangkan teknologi yang dimiliki CRT.
1940 – Peter Goldmark menciptakan televisi warna dengan resolusi mencapai 343 garis.
1958 – Sebuah karya tulis ilmiah pertama tentang LCD sebagai tampilan dikemukakan Dr. Glenn Brown.
1964 – Prototipe sel tunggal display Televisi Plasma pertamakali diciptakan Donald Bitzer dan Gene Slottow. Langkah ini dilanjutkan Larry Weber.
1967 – James Fergason menemukan teknik twisted nematic, layar LCD yang lebih praktis.
1968 – Layar LCD pertama kali diperkenalkan lembaga RCA yang dipimpin George Heilmeier.
1975 – Larry Weber dari Universitas Illionis mulai merancang layar plasma berwarna.
1979 – Para Ilmuwan dari perusahaan Kodak berhasil menciptakan tampilan jenis baru organic light emitting diode (OLED). Sejak itu, mereka terus mengembangkan jenis televisi OLED. Sementara itu, Walter Spear dan Peter Le Comber membuat display warna LCD dari bahan thin film transfer yang ringan.
1981 – Stasiun televisi Jepang, NHK, mendemonstrasikan teknologi HDTV dengan resolusi mencapai 1.125 garis.
1987 – Kodak mematenkan temuan OLED sebagai peralatan display pertama kali.
1995 – Setelah puluhan tahun melakukan penelitian, akhirnya proyek layar plasma Larry Weber selesai.
Ia berhasil menciptakan layar plasma yang lebih stabil dan cemerlang. Larry Weber kemudian megadakan riset dengan investasi senilai 26 juta dolar Amerika Serikat dari perusahaan Matsushita.
dekade 2000- Masing masing jenis teknologi layar semakin disempurnakan. Baik LCD, Plasma maupun CRT terus mengeluarkan produk terakhir yang lebih sempurna dari sebelumnya.
Memang benar banyak sebagian orang mengatakan kalau gambar yang dihasilkan TV LCD dan Plasma memiliki resolusi yang lebih tinggi. Tetapi kekurangannya adalah masa atau umur TV tersebut tidak dapat berumur panjang jika kita memakainya terus-menerus jika kalau dibandingkan dengan TV CRT atau yang dikenal sebagai tivi biasa yang digunakan orang pada umumnya.

Estetika Film Digital

Film adalah bentuk karya seni yang ada di masyarakat saat ini dan merupakan sarana hiburan yang mempunyai daya tarik yang tinggi dalam berbagai kalangan masyarakat. Film bukan hanya menampilkan gambar yang bergerak, melainkan terkadang memiliki nilai-nilai moral tersembunyi yang ingin di sampaikan pembuat ke dalam film tersebut. Banyak film yang membuka wawasan masyarakat, menyebar luaskan informasi dan membuat unsur hiburan yang menimbulkan semangat pada masyarakat.
     Dalam perkembangannya film banyak memberikan peran kepada masyarakat. Bentuk perannya tersebut adalah seperti yang diungkapkan oleh Burhan Bungin bahwa film adalah seni mutakhir dari abad 20 yang dapat menghibur, mendidik, melibatkan perasaan, merangsang pemikiran, dan memberikan dorongan terhadap penontonnya. Pengaruh terhadap khalayak luas terhadap penonton ini lebih jauh misalnya sebuah film dapat menjadi media penghibur masyarakat dalam bentuk komedi atau bisa juga mendidik melalui film dokumenter dan lain sebagainya.
     Sebagai bagian dari media masa, maka penelitian mengenai film dan bioskop ini akan mengkaji dari sisi hiburan & pendidikan. pendidikan dan hiburan dianggap menjadi sebuah trinitas dan tidak dapat dipisahkan. Informasi biasanya dijelaskan sebagai kecerdasan, pendidikan sebagai pelajaran dan hiburan sebagai rekreasi, pembunuh waktu atau kesenangan.
     Menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar /  gedung dimana alat proyeksi  ditempatkan dan dimana orang banyak dapat menonton gambar bergerak di atas sebidang layar putih disebut juga sebagai “panggung bioskop”. Berdasarkan konsep di atas, maka bioskop merupakan bagian dari perfilman. Film sendiri merupakan sebuah produk dari kreasi manusia. Untuk sampai ke tangan konsumen (dalam penelitian ini disebut penonton) perlu ada distribusi, oleh sebab itu peran bioskop dalam sistim ini adalah sebagai distributor, penyampai pesan dari film kepada penonton
     Menurut Krech, Crutchfield dan Ballachey perilaku sosial itu tampak dalam pola respon antar orang yang dinyatakan dengan hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial itu ditunjukkan dengan perasaan, tindakan, sikap keyakinan dan kenangan. Perilaku sosial semacam itulah yang ingin dijelaskan dalam menggambarkan bagaimana perilaku penonton dalam menonton film. Berbagai konsep dan teori tersebut membantu dalam hal sistematisasi dan eksplanasi berhubungan dengan praktik kehidupan yang telah terjadi, sehingga korelasi film dan bioskop sebagai sarana hiburan dengan dinamika masyarakat menjadi jelas.

Sumber :

No comments:

Post a Comment